Simbol penjaga sungai atau entitas gaib.
Kalimantan, pulau yang kaya akan hutan tropis lebat, sungai-sungai perkasa, dan budaya yang beragam, juga menyimpan banyak kisah misteri yang beredar di tengah masyarakat. Salah satu cerita paling populer dan menyeramkan yang kerap terdengar adalah tentang Hantu Banyu. Makhluk gaib ini konon mendiami perairan, mulai dari sungai, danau, hingga rawa-rawa yang tersebar di berbagai penjuru pulau Borneo.
Hantu Banyu, atau dalam beberapa daerah disebut juga sebagai "Orang Banyu" atau "Buaya Banyu", bukanlah satu jenis makhluk tunggal. Istilah ini seringkali merujuk pada berbagai entitas supranatural yang memiliki keterikatan erat dengan air. Gambaran fisik mereka pun bervariasi dalam cerita rakyat. Ada yang mendeskripsikan mereka sebagai sosok yang menyerupai manusia namun berwajah pucat pasi, berambut panjang terurai seperti lumut sungai, dan kulit yang tampak basah kehijauan. Ada pula yang mengatakan mereka adalah roh leluhur penjaga sungai atau bahkan siluman yang bisa berubah wujud.
Namun, kesamaan yang paling menonjol dari berbagai penuturan adalah habitat dan perilakunya. Hantu Banyu sangat identik dengan lingkungan air. Mereka dipercaya hidup di dalam sungai yang dalam, di bawah pusaran air, di tepian sungai yang rimbun oleh pepohonan, atau bahkan di dalam gua-gua bawah air. Aktivitas mereka biasanya terjadi pada malam hari, saat suasana sunyi dan gelap menyelimuti tepian sungai.
Kisah tentang Hantu Banyu seringkali berkaitan dengan bahaya yang mengintai para pencari nafkah di sungai, seperti nelayan, penambang intan, atau siapa saja yang beraktivitas di dekat perairan. Konon, Hantu Banyu memiliki kekuatan untuk menarik orang yang berani mengusik ketenangan mereka atau yang tidak menghormati keberadaan sungai.
Beberapa cerita mengisahkan bagaimana Hantu Banyu akan menggoda korban dengan suara merdu atau penampakan indah yang memikat. Korban yang terpesona kemudian akan terbawa arus dan tenggelam, atau ditarik ke dasar sungai. Ada pula kepercayaan bahwa mereka bisa menyebabkan kecelakaan di air, seperti perahu terbalik mendadak tanpa sebab yang jelas, atau munculnya pusaran air tiba-tiba yang menelan korban.
Di beberapa komunitas lokal, Hantu Banyu juga dianggap sebagai penjaga ekosistem sungai. Mereka dipercaya akan marah jika sungai dicemari, dirusak, atau dieksploitasi secara berlebihan. Kemarahan ini bisa diwujudkan dalam bentuk banjir bandang, kekeringan mendadak, atau munculnya berbagai penyakit yang berasal dari air. Oleh karena itu, masyarakat adat di Kalimantan biasanya memiliki ritual atau pantangan tertentu saat beraktivitas di dekat sungai, sebagai bentuk penghormatan agar tidak mengundang murka Hantu Banyu.
Di balik cerita yang menyeramkan, kepercayaan terhadap Hantu Banyu memiliki fungsi sosial dan budaya yang penting. Mitos ini berfungsi sebagai pengingat akan bahaya alam, khususnya bahaya yang terkait dengan air. Anak-anak seringkali diperingatkan agar tidak bermain terlalu jauh di pinggir sungai, dan orang dewasa diingatkan untuk selalu berhati-hati saat beraktivitas di perairan.
Selain itu, cerita Hantu Banyu juga menumbuhkan rasa hormat terhadap alam. Sungai dan lingkungan sekitarnya dipandang sebagai tempat yang sakral, dihuni oleh entitas gaib yang harus dihormati. Hal ini secara tidak langsung mendorong praktik pelestarian lingkungan, karena merusak sungai berarti mengundang kemarahan Hantu Banyu yang dipercaya bisa membawa malapetaka.
Meskipun banyak yang menganggapnya sebagai mitos belaka, kisah Hantu Banyu terus hidup dan diceritakan turun-temurun. Cerita ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan folklor Kalimantan, menambahkan lapisan misteri dan keajaiban pada lanskap alamnya yang memukau. Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sungai, Hantu Banyu bukan sekadar cerita pengantar tidur, melainkan entitas yang mengingatkan mereka akan kekuatan alam yang luar biasa dan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan.
Apakah Hantu Banyu benar-benar ada? Pertanyaan ini mungkin tidak akan pernah terjawab pasti. Namun, legenda ini terus mengalir seperti sungai yang diceritakannya, menjadi bagian dari identitas budaya Kalimantan yang unik dan penuh pesona gaib.