Jepang, sebuah negara yang kaya akan tradisi dan cerita rakyat, memiliki lanskap spiritual yang penuh dengan makhluk supranatural. Di antara entitas yang paling dikenal adalah hantu. Dalam bahasa Jepang, terdapat berbagai istilah untuk menggambarkan makhluk-makhluk ini, yang paling umum adalah "Yūrei" (幽霊) dan "Yōkai" (妖怪). Meskipun sering kali diterjemahkan secara umum sebagai "hantu," kedua istilah ini merujuk pada konsep yang berbeda dalam budaya Jepang, masing-masing dengan ciri khas dan narasi yang unik. Memahami perbedaan antara Yūrei dan Yōkai memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana masyarakat Jepang memandang kematian, alam baka, dan makhluk-makhluk yang menghuni ruang-ruang di antara dunia kita.
Yūrei adalah konsep yang paling dekat dengan gambaran hantu dalam budaya Barat. Mereka umumnya diyakini sebagai arwah orang yang meninggal yang tidak dapat menemukan kedamaian di alam baka. Penyebab utama dari keadaan ini sering kali adalah karena mereka memiliki urusan yang belum selesai di dunia fana, kematian yang mendadak atau traumatis, atau penguburan yang tidak layak. Berbeda dengan roh baik, Yūrei sering kali terikat pada tempat atau orang yang memiliki hubungan emosional kuat dengan mereka saat masih hidup.
Penampilan Yūrei dalam cerita rakyat Jepang sangat konsisten. Mereka biasanya digambarkan mengenakan pakaian pemakaman putih yang disebut "kyōkatabira" (経帷子), yang merupakan pakaian yang dikenakan almarhum saat dikubur. Rambut mereka seringkali hitam legam dan tergerai panjang, serta wajah mereka pucat. Kaki mereka sering kali tidak terlihat, seolah-olah mereka melayang alih-alih berjalan. Ciri khas lainnya adalah tidak adanya kaki (ashinuki), yang menambah kesan mereka yang tidak terikat pada dunia fisik.
Motivasi Yūrei bervariasi. Beberapa Yūrei mungkin hanya ingin menyampaikan pesan atau meminta maaf atas tindakan mereka di masa lalu. Namun, banyak juga Yūrei yang membawa rasa dendam, kesedihan, atau kemarahan yang mendalam, dan dapat menimbulkan bencana atau bahaya bagi orang yang masih hidup. Kisah-kisah tentang Yūrei sering kali berfungsi sebagai peringatan moral atau refleksi atas emosi manusia yang kuat seperti cinta, kehilangan, dan penyesalan. Keterikatan emosional yang kuat ini menjadi inti dari banyak cerita Yūrei, menjadikannya sosok yang tragis sekaligus menakutkan.
Berbeda dengan Yūrei yang merupakan arwah manusia, Yōkai adalah istilah yang lebih luas yang mencakup berbagai macam makhluk gaib, roh alam, iblis, dan monster dalam cerita rakyat Jepang. Yōkai tidak selalu bersifat jahat; banyak di antaranya yang bersifat netral, bahkan terkadang lucu atau membantu. Mereka berasal dari berbagai sumber: beberapa adalah roh dari benda mati yang menjadi hidup, yang lain adalah makhluk dari alam lain, dan beberapa adalah transformatif dari manusia atau hewan yang memiliki kekuatan gaib.
Dunia Yōkai sangat kaya dan beragam. Ada ribuan jenis Yōkai yang dikenal, masing-masing dengan penampilan, kemampuan, dan kebiasaan yang unik. Contoh Yōkai yang terkenal antara lain:
Yōkai sering kali menjadi subjek seni, sastra, dan media hiburan Jepang. Cerita-cerita mereka mencerminkan berbagai aspek masyarakat dan budaya Jepang, termasuk rasa hormat terhadap alam, kepercayaan pada kekuatan tak terlihat, dan cara manusia berinteraksi dengan dunia di luar pemahaman rasional. Yōkai bukan sekadar monster untuk ditakuti, tetapi juga merupakan bagian integral dari narasi budaya yang kompleks.
Perbedaan utama antara Yūrei dan Yōkai terletak pada asal-usul dan sifat mereka. Yūrei adalah arwah individu yang meninggal, terikat pada dunia karena emosi yang kuat atau urusan yang belum selesai. Mereka adalah manifestasi dari pengalaman manusia pasca-kematian. Sebaliknya, Yōkai adalah kategori yang lebih luas yang mencakup berbagai entitas supranatural yang tidak selalu berasal dari manusia yang meninggal. Mereka adalah bagian dari ekosistem gaib yang lebih besar, yang dapat berinteraksi dengan manusia dalam berbagai cara, baik menguntungkan maupun membahayakan.
Dalam banyak cerita, batas antara Yūrei dan Yōkai terkadang bisa kabur. Beberapa Yōkai mungkin awalnya adalah manusia yang kemudian berubah menjadi entitas gaib, atau Yūrei yang terikat terlalu lama bisa bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih menyeramkan dan tidak lagi sepenuhnya manusiawi. Namun, pemahaman dasar ini membantu kita menghargai kekayaan dan keragaman keyakinan Jepang tentang alam gaib dan apa yang terjadi setelah kehidupan. Baik Yūrei maupun Yōkai terus memikat imajinasi, mengingatkan kita akan misteri yang mengelilingi keberadaan kita dan dunia di sekeliling kita.