Dunia perfilman horor kembali digemparkan dengan kehadiran The Conjuring 2, sekuel yang tak kalah mengerikan dari film pertamanya. Film yang disutradarai oleh James Wan ini membawa penonton pada petualangan yang lebih dalam ke dalam kisah nyata keluarga Hodgson yang dihantui oleh entitas jahat di Enfield, London. Namun, yang paling mencuri perhatian dan membuat bulu kuduk berdiri adalah sosok Valak, sang biarawati iblis yang menjadi ancaman utama dalam film ini.
Kisah The Conjuring 2 berfokus pada pasangan paranormal Ed dan Lorraine Warren yang melakukan perjalanan ke Enfield untuk membantu sebuah keluarga yang diteror oleh kekuatan supranatural. Di tengah penyelidikan yang mencekam, munculah sosok Valak. Keberadaan Valak tidak hanya menambah elemen horor yang intens, tetapi juga memberikan kedalaman pada mitologi supernatural yang dibangun dalam semesta The Conjuring.
Valak, yang dalam film digambarkan sebagai sosok biarawati mengerikan, sebenarnya memiliki akar dalam mitologi demonologi. Disebutkan dalam berbagai grimoire kuno, seperti "The Lesser Key of Solomon," Valak digambarkan sebagai raja iblis yang memiliki kekuatan besar untuk menemukan harta karun tersembunyi dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan rahasia. Namun, James Wan dengan brilian mengambil elemen dari mitologi ini dan mengubahnya menjadi manifestasi visual yang sangat menakutkan, menempatkannya sebagai entitas yang sangat jahat dan bertekad untuk merusak kehidupan manusia.
Perubahan visual Valak dari penggambaran tradisional menjadi sosok biarawati adalah salah satu keputusan kreatif yang paling cerdas dalam pembuatan film horor modern. Keputusan ini mengeksploitasi ketakutan yang sudah tertanam dalam diri banyak orang terhadap gereja dan figur religius, membalikkan persepsi kesucian menjadi sumber kengerian. Kehadiran Valak dalam bentuk biarawati seringkali menyamar, menampakkan diri di sudut-sudut gelap, atau bahkan muncul dalam mimpi, menciptakan suasana ketegangan yang tak henti-hentinya.
Dalam The Conjuring 2, Valak tidak hanya sekadar menakut-nakuti, tetapi secara aktif mengganggu dan memanipulasi anggota keluarga Hodgson, terutama Janet, anak perempuan tertua yang menjadi fokus utama gangguan. Arwah jahat ini mampu merasuki, berbicara melalui suara lain, dan menciptakan ilusi yang membuat keluarga tersebut semakin terisolasi dan ketakutan. Perjuangan Ed dan Lorraine untuk melindungi keluarga Hodgson dari cengkeraman Valak menjadi inti dari narasi film.
Ketakutan yang ditimbulkan oleh Valak bukan hanya pada penampakan fisiknya, tetapi juga pada kemampuannya untuk mengeksploitasi kerentanan emosional dan spiritual para korbannya. Film ini dengan efektif menggambarkan bagaimana teror psikologis dapat sama menghancurkannya dengan ancaman fisik. Valak menjadi simbol dari kejahatan yang menyamar dan merusak kedamaian dari dalam.
Keberhasilan The Conjuring 2 tidak lepas dari karakter Valak yang ikonik. Sosok ini dengan cepat menjadi salah satu iblis paling terkenal dalam budaya pop horor kontemporer. Popularitasnya bahkan mendorong terciptanya film spin-off yang didedikasikan untuknya, yaitu The Nun, yang memperluas cerita latar dan asal-usulnya. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya daya tarik visual dan naratif dari Valak.
Meskipun banyak yang menganggap Valak sebagai ciptaan fiksi belaka, kisah di balik penampakan biarawati iblis ini mengingatkan kita pada bagaimana cerita rakyat dan mitologi dapat diadaptasi untuk menciptakan ketakutan baru. Film ini berhasil menggabungkan elemen supranatural yang menakutkan dengan narasi yang kuat, menjadikan The Conjuring 2 dan sosok Valak sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah film horor modern. Penonton terus dibuat penasaran dan terpesona oleh keanggunan sekaligus kengerian dari entitas yang satu ini, menjadikannya salah satu karakter antagonis paling berkesan yang pernah ada.